KETERKAITAN DUNIA INDUSTRI (DEMO BURUH)
DENGAN ISU KENAIKAN BBM
Menjelang akhir bulan Maret 2012 yang lalu, masyarakat
Indonesia bersiap siaga dengan kebijakan pemerintah yang akan dikeluarkan
secara resmi dan otomatis mempengaruhi kehidupan hajat hidup orang banyak. BBM
(Bahan Bakar Minyak) naik mulai 1 April 2012! Skenario kenaikan harga BBM ini
ditetapkan antara Rp1.000 dan Rp1.500 per liter, dengan demikian harga BBM di
pasaran akan menjadi Rp6.000.
Penetapan rencana kenaikan BBM
ini didasarkan pada asumsi harga minyak acuan Indonesia (ICP) APBN 2012 sebesar
USD90 per barel yang tidak lagi relevan, akibat kenaikan harga minyak mentah
dunia yang semakin melonjak. Dalam laporan terbarunya, kontrak berjangka utama
di New York mencatat kenaikan minyak mentah ditutup pada posisi USD105,11 per
barel sementara di bursa London, minyak mentah ditutup dengan harga USD123,55
per barel. Karenanya pemerintah mengalami defisit APBN hingga 3,6% akibat
besarnya subsidi pemerintah sebagai dampak dari kenaikan harga minyak mentah
dunia.
Tentunya kebijakan yang tak
populis ini mendapat banyak reaksi dari berbagai elemen masyarakat. Mulai dari
mahasiswa yang sudah mulai turun ke jalan-jalan di sejumlah daerah, berdemo
meneriakkan suara penolakan kebijakan yang saat ini masih dibahas alot di ruang
sidang DPR hingga membakar foto presiden. Aksi protes juga sudah mulai
muncul dari kalangan ibu rumah tangga yang merasa terancam asap dapur
keluarganya akibat harga sembako yang turut melonjak. Tidak kalah seru, ancaman
demo buruh yang akan turun ke jalan dan menyegel seluruh SPBU pada 1 April
2012. Belum lagi nelayan, pengusaha angkutan massal, pengguna kendaraan
pribadi, wirausaha, dan masih banyak lagi sektor-sektor industri yang mendapat
imbas dari kenaikan BBM. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengatasi daya beli
masyarakat dengan adanya beban kenaikan tersebut? Dan bagaimana antisipasi
pemerintah menghadapi aksi massa yang mengancam stabilitas keamanan jika
kebijakan kenaikan BBM ini benar-benar terealisasi?
Ancaman demo massa
besar-besaran menjelang kenaikan BBM sebenarnya bukan pertamakali dialami
pemerintah. Sepanjang pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono mulai 2004 hingga
saat ini, Indonesia mengalami dua kali periode kenaikan BBM. Pertama kali
kenaikan BBM terjadi pada Oktober 2005 dan kedua terjadi pada Mei 2008. Bahkan
sepanjang 2008, kenaikan BBM terjadi hingga tiga kali. Meski mengalami masa
transisi harga yang cukup sulit, perubahan harga BBM tersebut akhirnya tetap
dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia. Ada klaim jika
kebijakan tersebut relatif lancar karena adanya skema kompensasi Bantuan Tunai
Langsung (BLT) yang dihadapi dengan euphoria warga
hingga ke pelosok-pelosok desa.
Sektor industri sangat merasakan imbas dari kenaikan BBM
ini. Kenaikan BBM membuat buruh-buruh dari berbagai daerah melakukan demo,
karena mereka akan sangat merasakan dampaknya. Demo-demo banyak dilakukan oleh
para buruh, ada yang demo ke gedung DPR RI, ada yang memblok pintu tol di
bekasi, dan masih banyak aksi para buruh yang demo untuk menyuarakan
aspirasinya. Tentunya kenaikan BBM ini sangat tidak disukai sebagian besar rakyat
Indonesia karena dampaknya yang begitu besar.